Mereka pelakar detik
indah awal remajaku,
Mereka kebahagiaan
tidak ternilai,
Aku tak mampu
membayangkan mereka tiada,
Aku juga tak mampu
untuk menafikan,
Tuhan itu sebaik-baik
perancang.
Setiap saat gembira dirakam,
Agar tak hilang dilupakan,
Setiap saat duka aku
mahupun mereka,
Air mata sama-sama dikesatkan,
Kerana itu,
Aku yakin inilah persahabatan,
Sehingga mati pun,
Akan mereka ku panggil
sahabat,
Hakikatnya, Tuhanlah
sebaik-baik perancang.
Semakin kita dewasa,
Jalan mulai bercabang,
Realiti mulai terang,
Kaki kita tak lagi
serentak,
Aku tidak lagi di sisi,
Namun mereka tetap
sahabatku,
Bukankah pernah ku
katakan,
Tuhanlah sebaik-baik
perancang.
Saat aku melangkah ke
jalanku,
Aku toleh dan mereka
juga sama,
Kami terus melangkah,
Sehingga satu saat aku toleh lagi,
Malangnya mereka kabur
dari sini,
Aku cuba melangkah ke
belakang,
Aku berlari dan
berteriak,
Namun aku tak mampu,
Sepasang tangan gelap
menghalangku,
Aku hilang dalam
memori,
Aku patah mengenang
lagi,
Tuhan, apakah
rancanganmu?
p.s : sekarang, banyak yang aku rindu tapi tak luah. banyak yang aku sayang tapi tak luah, banyak yang aku benci tapi tak luah, banyak yang aku tak suka tapi tak luah, banyak yang aku menyesal tapi tak luah, banyak yang aku takut tapi tak luah, banyak yang aku penat tapi tak luah, banyak...
p.s.s : maafkan aku sebab sajak yang cam ....